Bimbingan Pra Nikah: Alasan Melakukan Pernikahan Menurut Dunia
Apakah yang dijadikan dasar dalam pernikahan menurut dunia ini? Beberapa dasar pernikahan yang sering terjadi adalah seperti dibawah ini:
- Desakan Orang Tua.
- Takut Terlambat (Sudah ada umur)
- Tertarik Secara Jasmani (Karena orangnya baik, cantik, ganteng, dll)
- Balas Jasa atau Terpaksa
- Tuntutan Sex
Jika kita menikah hanya karena hal - hal di atas, maka pernikahan yang dibangun akan rapuh sekali, akan ada banyak
goncangan, godaan datang dalam hidup pernikahan kita.
1. Menikah karena
desakan orang Tua,
Setiap orang tua didunia ini menginginkan anak-anaknya
mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya. Setiap orang tua berharap bahwa yang
menjadi calon pasangan anaknya adalah dari kalangan yang baik, yang mampu menafkahi
anaknya, sehingga orang tua seringkali membujuk atau
bahkan memaksa anaknya untuk menikahi atau dinikahi oleh pilihan orang tua.
Orangtua pasti
mendambakan sosok pria yang dapat menjaga dan membahagiakan Anda. Tapi bukan
berarti Anda memutuskan untuk menikah hanya karena tidak tahan didesak oleh
orangtua. Anda bisa kan meyakinkan orangtua bahwa Anda menunggu orang yang
tepat. Yang menjalani masa-masa pernikahan nanti itu adalah Anda sendiri, bukan
mereka.
2. Menikah karena
takut terlambat,
Tidak hanya wanita sering dihadapkan oleh permasalahan umur,
semua orang mungkin mengalaminya. Alasan pernikahan karena umur yang tidak muda
lagi dan sudah selayaknya untuk seseorang mendapatkan pasangan, menikah dan
berkeluarga seringkali menjadi momok bagi pria atau wanita yang masih belum
memiliki pasangan, dimana orang tuanya yang sudah mendesak mereka untuk segera
menikah dan mendapatkan anak.
Ketika usia
mulai mendekati 30, seorang wanita bisa mulai cemas karena sangat sering
ditanyai keluarga besar atau teman-teman, kapan akan menikah. Apalagi kalau
para penanya menambahkan, “ jangan pilih-pilih nanti ga dapat pasangan lho”
atau “ Ingat lho, usiamu sudah berkepala 3” Keadaan bisa terasa semakin buruk, apabila yang berprihatin dengan keadaannya adalah orang tuanya. Dia bisa merasa
gagal untuk menyenangkan orang tuanya karena belum menikah. “Desakan-desakan”
sosial itu bisa membuat dorongan kuat untuk menikah. Dan keadaan itu bisa
membuat menikah dengan siapapun yang mau, tanpa membuat
pertimbangan-pertimbangan masak berdasar nilai-nilai pernikahan. Orang bisa
tidak membuat pertimbangan apakah pasangannya memiliki kriteria yang sesuai
dengan harapannya. Banyak hal dikesampingkan demi memenuhi “tuntutan-tuntutan”
orang tua , keluarga, atau lingkungannya.
Persoalan yang perlu dipikirkan
adalah pernikahan itu bukan hanya acara pengesahan atau resepsi. Pernikahan
berjalan bertahun-tahun , bisa puluhan tahun. Di dalam pernikahan itu terjalin
relasi kedua pribadi yang mencakup nilai-nilai kehidupan. Kalau nilai-nilai ini
dikesampingkan demi terjadinya pernikahan, pasti akan terjadi konflik yang
panjang . Dan pernikahan yang dulunya bermaksud menghindarkan dari penderitaan
karena tekanan sosial, malah membawa kedalam penderitaan yang panjang dan
seringkali tidak terselesaikan. Dan penderitaan itu juga akan menimpa anak-anak
yang hadir dalam pernikahan itu. Ironisnya ketika penderitaan itu terjadi,
orang-orang yang “mendesak” atau sering menanyai itu sudah tiada. Yang pasti
mereka tidak akan ikut bertanggung jawab dalam penderitaan itu. Mereka
bertanya, mereka seakan-akan memberitahu kalau tidak menikah itu salah atau
kurang, namun mereka tidak akan ikut memberi pertolongan ketika penderitaan itu
terjadi.
3. Menikah karena
tertarik secara jasmani,
Pasangan yang menikah karena mereka dilihat cocok dan
serasi, dimana wanitanya cantik dan prianya ganteng, atau karena orangnya kaya,
baik, dan lain sebagainya mungkin dapat dijadikan alasan untuk seseorang
menikah.
Tidak salah
menikah karena didasarkan pasangan memiliki wajah dan badan yang indah. Namun
perlu disadari bahwa wajah atau badan akan berubah seiring waktu. Pada umumnya
setelah usia 40 ketika orang memasuki fase usia tua awal, perubahan fisik mulai
terjadi secara berarti, Bahkan wanita sangat mungkin mengalami perubahan fisik
setelah melahirkan. Seorang pria ketika menginjak usia 40 ke atas, kariernya
mulai menapaki puncak. Dia akan tampil di masyarakat. Kalau dia dulu sangat
bangga karena istrinya seorang yang jelita, mungkin akan mengalami rasa malu
atau sedih, karena justru ketika dia akan tampil di masyarakat, bentuk fisik
istrinya mengalami perubahan. Apakah dengan uang yang dimiliki tidak bisa
melakukan perawatan fisik? Sebagian bisa, sebagian tidak. Seorang wanita yang
menikah karena suaminya gagah, bisa menjadi kecewa, ketika menginjak usia 40
tahun suaminya berubah menjadi gendut atau menampakkan ketuaan.
Setiap orang yang akan menikah karena pasangannya berwajah dan berbadan indah
perlu mengkaji betul-betul apakah siap ketika beberapa tahun ke depan
pasangannya akan berubah.
4. Menikah karena
Balas Jasa atau Terpaksa,
Biasanya banyak juga pasangan yang menikah karena
balas jasa, karena mereka pernah ditolong sewaktu dalam kesulitan, Karena
selama ini orang tua pasangannya telah banyak membantu usaha keluarga. Serta ada juga
yang menikah karena terpaksa, karena mungkin telah melakukan hubungan sex sebelum
menikah dan hamil, atau karena terlilit hutang dan dipaksa untuk menikah,
Terpaksa menikah karena hanya dia saya yang memberikan sinyal positif untuk
menikah.
Ada yang
menikah karena tuntutan ekonomi. Seorang wanita menikah karena keluarganya
terhimpit persoalan ekonomi. Dia harus menikah supaya orang tuanya berkurang
bebannya. Atau malah orang tua bisa mendapat dukungan keuangan karena ia
menikah dengan orang yang kaya. Ada orang yang menikah karena dirinya memang
ingin meningkatkan taraf hidup. Karena itu dia mau menikah karena pasangannya
kaya. Seorang gadis mau menikah dengan orang yang kaya, sekalipun usia jauh
lebih tua. Seorang pemuda mau menikah dengan janda (yang lebih tua) karena
janda tersebut kaya.
Pernikahan karena tuntutan ekonomi akan membawa ke dalam
relasi yang lemah. Kekayaan bisa hilang dalam sekejap. Selain itu relasi
pernikahan tidak bisa hanya berdasar keuangan. Relasi melibatkan saling
memenuhkan berbagai kebutuhan. Tentu kalau pemenuhan berbagai kebutuhan itu
tidak menjadi pertimbangan di awal, akan memunculkan kekosongan pemenuhan
kebutuhan. Dan pada akhirnya mendatangkan berbagai kesusahan.
Dinamika
kehidupan masayarakat saat ini membuat hubungan seks mudah sekali terjadi. Tidak
sedikit mahasiswa atau bahkan pelajar telah melakukan hubungan seks. Ada yang
dengan pacarnya tapi juga ada yang dilakukan dengan yang bukan pacarnya. Dan
relasi seksual itu ada yang membuat hamil. Kehamilan yang belum waktunya
itu mendatangkan rasa malu. Jalan keluar yang dilakukan adalah menikahkan. Ada
yang menikahkan dengan yang menghamili atau ada juga yang menikahkan dengan
pria lain yang mau, kalau dirasa pria yang menghamili dianggap tidak layak.
Pernikahan yang demikian adalah pernikahan yang dipaksakan. Pernikahan yang
dipaksakan tentu tidak didahului dengan persiapan-persiapan. Tidak ada
pergumulan apakah pasangannya cocok dengannya atau tidak. Dengan demikian
pasangan itu juga tidak siap untuk menjalani satu tanggung jawab yang panjang
yang akan dialami dalam pernikahan. Seringkali juga secara waktu belum siap,
jadi belum mampu untuk melakukan tuntutan-tuntutan yang sewajarnya terjadi
dalam pernikahan. Jadi pernikahan paksaan itu mendatangkan pernikahan yang
tidak siap.
Pernikahan demikian sangat rapuh dan tentu tidak mendatangkan
kebahagiaan. Dan pengalaman tidak bahagia itu tidak hanya dialami oleh yang
menikah, tetapi oleh anak-anak yang akan dilahirkan dalam pernikahan itu.
Pernikahan karena hamil duluan perlu sungguh-sungguh dipikirkan dengan serius.
Sebaiknya pernikahan jangan dilakukan semata-mata karena kehamilan. Kesusahan
yang dialami bisa sangat besar.
5. Menikah karena
Tuntutan Sex,
Salah satu fungsi pernikahan adalah untuk mendapatkan pemenuhan
kepuasan kebutuhan seksual. Namun kalau pemuasan kebutuhan seksual ini menjadi
dasar utama, makan orang akan kecewa. Seorang pria menikahi seorang wanita
karena wanita itu dilihatnya bisa memberi kepuasan secara seksual. Pria tersebut
bisa kecewa karena penglihatan mata dengan kemampuan real wanita untuk memberi
kepuasan secara seksual bisa berbeda. Demikian juga seorang wanita menikah
dengan seorang pria, karena pria tersebut dianggap bisa memberi kepuasan
seksual. Wanita tersebut bisa juga kecewa, sebab seorang pria yang gagah
sekalipun tidak identik dengan kemampuan seksualnya. Bagaimana kalau sebelumnya
sudah mengalami relasi seksual, lalu merasa cocok dengan orang tersebut secara
seksual ? Bukankah itu tidak salah lihat ?
Yang perlu diingat relasi seksual
itu melibatkan banyak hal. Relasi seksual di luar pernikahan, hanya untuk
senang-senang, tidak ada unsur pertautan tanggung jawab kehidupan
lainnya. Relasi seksual seperti itu bisa menyenangkan (tapi tentu bukan kepuasan
yang penuh), akan tetapi setelah menikah relasi seksual itu bisa malah tidak
memuaskan. Mengapa? Sebab pernikahan memiliki banyak aspek, dan tidak
terpenuhinya banyak aspek ini membuat relasi seksual tidak lagi memuaskan.
Selain itu perlu diperhatikan bahwa kemampuan seksual seseorang itu ditentukan
oleh banyak faktor. Faktor kesehatan fisik dan jiwa. Kalau terjadi gangguan
dalam hal tersebut maka kemampuan seksual akan berkurang. Bagi pria, kemampuan
seksual juga akan berkurang dengan bertambahnya usia. Wanita relatif bisa lebih
bertahan dalam kemampuan seksual sekalipun usia bertambah, namun tidak demikian
dengan pria. Mendekati usia 50 kemampuan akan berkurang. Apalagi kalau ada beban
fisik dan jiwa. Relasi seksual penting,namun sebaiknya tidak menjadi dasar untuk
menikah.
Pernikahan adalah satu seumur
hidup, dan dalam pernikahan harus meningkat (Married up). Pastikan bahwa dalam
pernikahan ini kita mengalami terobosan demi terobosan, kebahagiaan serta
berkat demi berkat datang dalam hidup kita.
Bimbingan Pra Nikah: Dasar Pernikahan Kristen
Bimbingan Pra Nikah: Tiang/Pilar Pernikahan Kristen (Komunikasi)
Bimbingan Pra Nikah: Tiang/Pilar Pernikahan Kristen (Komunikasi)
Bimbingan Pra Nikah: Tiang/Pilar Pernikahan Kristen (Uang)
Tuhan Memberkati!

Comments
Post a Comment