Bimbingan Pra Nikah: Alasan Melakukan Pernikahan Menurut Dunia


Apakah yang dijadikan dasar dalam pernikahan menurut dunia ini? Beberapa dasar pernikahan yang sering terjadi adalah seperti dibawah ini:
  1. Desakan Orang Tua.
  2. Takut Terlambat (Sudah ada umur)
  3. Tertarik Secara Jasmani (Karena orangnya baik, cantik, ganteng, dll)
  4. Balas Jasa atau Terpaksa
  5. Tuntutan Sex
Jika kita menikah hanya karena hal - hal di atas, maka pernikahan yang dibangun akan rapuh sekali, akan ada banyak goncangan, godaan datang dalam hidup pernikahan kita.


1. Menikah karena desakan orang Tua, 
     Setiap orang tua didunia ini menginginkan anak-anaknya mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya. Setiap orang tua berharap bahwa yang menjadi calon pasangan anaknya adalah dari kalangan yang baik, yang mampu menafkahi anaknya, sehingga orang tua seringkali membujuk atau bahkan memaksa anaknya untuk menikahi atau dinikahi oleh pilihan orang tua. 

     Orangtua pasti mendambakan sosok pria yang dapat menjaga dan membahagiakan Anda. Tapi bukan berarti Anda memutuskan untuk menikah hanya karena tidak tahan didesak oleh orangtua. Anda bisa kan meyakinkan orangtua bahwa Anda menunggu orang yang tepat. Yang menjalani masa-masa pernikahan nanti itu adalah Anda sendiri, bukan mereka.

2. Menikah karena takut terlambat,  
     Tidak hanya wanita sering dihadapkan oleh permasalahan umur, semua orang mungkin mengalaminya. Alasan pernikahan karena umur yang tidak muda lagi dan sudah selayaknya untuk seseorang mendapatkan pasangan, menikah dan berkeluarga seringkali menjadi momok bagi pria atau wanita yang masih belum memiliki pasangan, dimana orang tuanya yang sudah mendesak mereka untuk segera menikah dan mendapatkan anak. 
     Ketika usia mulai mendekati 30, seorang wanita bisa mulai cemas karena sangat sering ditanyai keluarga besar atau teman-teman, kapan akan menikah. Apalagi kalau para penanya menambahkan, “ jangan pilih-pilih nanti ga dapat pasangan lho” atau “ Ingat lho, usiamu sudah berkepala 3” Keadaan bisa terasa semakin buruk, apabila yang berprihatin dengan keadaannya adalah orang tuanya. Dia bisa merasa gagal untuk menyenangkan orang tuanya karena belum menikah. “Desakan-desakan” sosial itu bisa membuat dorongan kuat untuk menikah. Dan keadaan itu bisa membuat menikah dengan siapapun yang mau, tanpa membuat pertimbangan-pertimbangan masak berdasar nilai-nilai pernikahan. Orang bisa tidak membuat pertimbangan apakah pasangannya memiliki kriteria yang sesuai dengan harapannya. Banyak hal dikesampingkan demi memenuhi “tuntutan-tuntutan” orang tua , keluarga, atau lingkungannya. 

     Persoalan yang perlu dipikirkan adalah pernikahan itu bukan hanya acara pengesahan atau resepsi. Pernikahan berjalan bertahun-tahun , bisa puluhan tahun. Di dalam pernikahan itu terjalin relasi kedua pribadi yang mencakup nilai-nilai kehidupan. Kalau nilai-nilai ini dikesampingkan demi terjadinya pernikahan, pasti akan terjadi konflik yang panjang . Dan pernikahan yang dulunya bermaksud menghindarkan dari penderitaan karena tekanan sosial, malah membawa kedalam penderitaan yang panjang dan seringkali tidak terselesaikan. Dan penderitaan itu juga akan menimpa anak-anak yang hadir dalam pernikahan itu. Ironisnya ketika penderitaan itu terjadi, orang-orang yang “mendesak” atau sering menanyai itu sudah tiada. Yang pasti mereka tidak akan ikut bertanggung jawab dalam penderitaan itu. Mereka bertanya, mereka seakan-akan memberitahu kalau tidak menikah itu salah atau kurang, namun mereka tidak akan ikut memberi pertolongan ketika penderitaan itu terjadi.

3. Menikah karena tertarik secara jasmani,  
     Pasangan yang menikah karena mereka dilihat cocok dan serasi, dimana wanitanya cantik dan prianya ganteng, atau karena orangnya kaya, baik, dan lain sebagainya mungkin dapat dijadikan alasan untuk seseorang menikah. 
     Tidak salah menikah karena didasarkan pasangan memiliki wajah dan badan yang indah. Namun perlu disadari bahwa wajah atau badan akan berubah seiring waktu. Pada umumnya setelah usia 40 ketika orang memasuki fase usia tua awal, perubahan fisik mulai terjadi secara berarti, Bahkan wanita sangat mungkin mengalami perubahan fisik setelah melahirkan. Seorang pria ketika menginjak usia 40 ke atas, kariernya mulai menapaki puncak. Dia akan tampil di masyarakat. Kalau dia dulu sangat bangga karena istrinya seorang yang jelita, mungkin akan mengalami rasa malu atau sedih, karena justru ketika dia akan tampil di masyarakat, bentuk fisik istrinya mengalami perubahan. Apakah dengan uang yang dimiliki tidak bisa melakukan perawatan fisik? Sebagian bisa, sebagian tidak. Seorang wanita yang menikah karena suaminya gagah, bisa menjadi kecewa, ketika menginjak usia 40 tahun suaminya berubah menjadi gendut atau menampakkan ketuaan.

Setiap orang yang akan menikah karena pasangannya berwajah dan berbadan indah perlu mengkaji betul-betul apakah siap ketika beberapa tahun ke depan pasangannya akan berubah.


4. Menikah karena Balas Jasa atau Terpaksa, 
     Biasanya banyak juga pasangan yang menikah karena balas jasa, karena mereka pernah ditolong sewaktu dalam kesulitan, Karena selama ini orang tua pasangannya telah banyak membantu usaha keluarga. Serta ada juga yang menikah karena terpaksa, karena mungkin telah melakukan hubungan sex sebelum menikah dan hamil, atau karena terlilit hutang dan dipaksa untuk menikah, Terpaksa menikah karena hanya dia saya yang memberikan sinyal positif untuk menikah.

     Ada yang menikah karena tuntutan ekonomi. Seorang wanita menikah karena keluarganya terhimpit persoalan ekonomi. Dia harus menikah supaya orang tuanya berkurang bebannya. Atau malah orang tua bisa mendapat dukungan keuangan karena ia menikah dengan orang yang kaya. Ada orang yang menikah karena dirinya memang ingin meningkatkan taraf hidup. Karena itu dia mau menikah karena pasangannya kaya. Seorang gadis mau menikah dengan orang yang kaya, sekalipun usia jauh lebih tua. Seorang pemuda mau menikah dengan janda (yang lebih tua) karena janda tersebut kaya.  

Pernikahan karena tuntutan ekonomi akan membawa ke dalam relasi yang lemah. Kekayaan bisa hilang dalam sekejap. Selain itu relasi pernikahan tidak bisa hanya berdasar keuangan. Relasi melibatkan saling memenuhkan berbagai kebutuhan. Tentu kalau pemenuhan berbagai kebutuhan itu tidak menjadi pertimbangan di awal, akan memunculkan kekosongan pemenuhan kebutuhan. Dan pada akhirnya mendatangkan berbagai kesusahan.

     Dinamika kehidupan masayarakat saat ini membuat hubungan seks mudah sekali terjadi. Tidak sedikit mahasiswa atau bahkan pelajar telah melakukan hubungan seks. Ada yang dengan pacarnya tapi juga ada yang dilakukan dengan yang bukan pacarnya. Dan relasi seksual itu ada yang membuat hamil. Kehamilan yang belum waktunya itu mendatangkan rasa malu. Jalan keluar yang dilakukan adalah menikahkan. Ada yang menikahkan dengan yang menghamili atau ada juga yang menikahkan dengan pria lain yang mau, kalau dirasa pria yang menghamili dianggap tidak layak. Pernikahan yang demikian adalah pernikahan yang dipaksakan. Pernikahan yang dipaksakan tentu tidak didahului dengan persiapan-persiapan. Tidak ada pergumulan apakah pasangannya cocok dengannya atau tidak. Dengan demikian pasangan itu juga tidak siap untuk menjalani satu tanggung jawab yang panjang yang akan dialami dalam pernikahan. Seringkali juga secara waktu belum siap, jadi belum mampu untuk melakukan tuntutan-tuntutan yang sewajarnya terjadi dalam pernikahan. Jadi pernikahan paksaan itu mendatangkan pernikahan yang tidak siap. 

Pernikahan demikian sangat rapuh dan tentu tidak mendatangkan kebahagiaan. Dan pengalaman tidak bahagia itu tidak hanya dialami oleh yang menikah, tetapi oleh anak-anak yang akan dilahirkan dalam pernikahan itu. Pernikahan karena hamil duluan perlu sungguh-sungguh dipikirkan dengan serius. Sebaiknya pernikahan jangan dilakukan semata-mata karena kehamilan. Kesusahan yang dialami bisa sangat besar.


5. Menikah karena Tuntutan Sex, 
     Salah satu fungsi pernikahan adalah untuk mendapatkan pemenuhan kepuasan kebutuhan seksual. Namun kalau pemuasan kebutuhan seksual ini menjadi dasar utama, makan orang akan kecewa. Seorang pria menikahi seorang wanita karena wanita itu dilihatnya bisa memberi kepuasan secara seksual. Pria tersebut bisa kecewa karena penglihatan mata dengan kemampuan real wanita untuk memberi kepuasan secara seksual bisa berbeda. Demikian juga seorang wanita menikah dengan seorang pria, karena pria tersebut dianggap bisa memberi kepuasan seksual. Wanita tersebut bisa juga kecewa, sebab seorang pria yang gagah sekalipun tidak identik dengan kemampuan seksualnya. Bagaimana kalau sebelumnya sudah mengalami relasi seksual, lalu merasa cocok dengan orang tersebut secara seksual ? Bukankah itu tidak salah lihat ? 
     Yang perlu diingat relasi seksual itu melibatkan banyak hal. Relasi seksual di luar pernikahan, hanya untuk senang-senang, tidak ada unsur pertautan tanggung jawab kehidupan lainnya. Relasi seksual seperti itu bisa menyenangkan (tapi tentu bukan kepuasan yang penuh), akan tetapi setelah menikah relasi seksual itu bisa malah tidak memuaskan. Mengapa? Sebab pernikahan memiliki banyak aspek, dan tidak terpenuhinya banyak aspek ini membuat relasi seksual tidak lagi memuaskan. Selain itu perlu diperhatikan bahwa kemampuan seksual seseorang itu ditentukan oleh banyak faktor. Faktor kesehatan fisik dan jiwa. Kalau terjadi gangguan dalam hal tersebut maka kemampuan seksual akan berkurang. Bagi pria, kemampuan seksual juga akan berkurang dengan bertambahnya usia. Wanita relatif bisa lebih bertahan dalam kemampuan seksual sekalipun usia bertambah, namun tidak demikian dengan pria. Mendekati usia 50 kemampuan akan berkurang. Apalagi kalau ada beban fisik dan jiwa. Relasi seksual penting,namun sebaiknya tidak menjadi dasar untuk menikah.

Pernikahan adalah satu seumur hidup, dan dalam pernikahan harus meningkat (Married up). Pastikan bahwa dalam pernikahan ini kita mengalami terobosan demi terobosan, kebahagiaan serta berkat demi berkat datang dalam hidup kita.

Comments

Popular posts from this blog

Mengapa Kita Perlu Pemulihan Hati?

Pengajaran: Pemulihan Hati Bapa dan Anak

Bimbingan Pra Nikah: Dasar Pernikahan Kristen